6 Buku Yang Recommended Untuk Menemani Rasa Jenuh-mu
Membaca, yang kalau dibarengi dengan mindfulness dapat menstimulasi otak agar tetap aktif sehingga dapat berfungsi dengan baik dan benar...

Membaca, yang kalau dibarengi dengan mindfulness dapat menstimulasi otak agar tetap aktif sehingga dapat berfungsi dengan baik dan benar. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari membaca. Journal of College Teaching and Learning pernah membahas dampak membaca untuk kondisi mental seseorang. Hasilnya adalah 67 % tingkat stres seseorang dapat dikurangi dengan aktivitas membaca. Itulah kenapa membaca sama baiknya dengan meditasi. Bagi kamu yang kurang suka bacaan yang berat seperti jurnal ilmiah, buku akademik, laporan praktikum dll, berikut ini rekomendasi bacaan ringan yang dapat mengurangi rasa jenuh-mu: 


1. Aku Berdiri Disini Untukmu

Semacam energi yang kamu butuhkan dalam sunyi, Aku Berdiri Disini Untukmu adalah genre buku self improvement karya Carrin Fu. Buku yang diracik dengan kata-kata apik penuh motivasi ini berisi pandangan dan pemikiran penulis tentang menjalani hidup. Rasa sedih, galau, sepi, tak memiliki gairah, pasti pernah dirasakan oleh setiap orang. Apalagi dengan belenggu social media yang sedikit banyak telah merasuki kehidupan seseorang. Tidak ada salahnya menjadi berbeda diantara sekian juta umat yang ingin terlihat sama menariknya. Buku ini bagaikan terapi agar tetap hidup waras di zaman yang penuh kecanduan ini. 


2. Atonomic Habits

Perubahan kecil yang memberikan hasil luar biasa, kalimat itulah yang tertulis di halaman sampulnya. Sesuai genre-nya, buku ini memotivasi pembaca untuk menata hidup melalui kebiasaan. Salah satu bagian iconic dari buku ini adalah empat kaidah membangun kebiasaan baru agar hidup lebih bermakna. Penulis juga menjabarkan bagaimana kebiasaan-kebiasaan yang diterapkan di masa sekarang merupakan hasil akumulasi dari kebiasaan-kebiasaan di masa lampau. Jika kamu ingin menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dengan mencoba membangun kebiasaan-kebiasaan baru yang berfaedah, buku ini adalah jabawannya. 


3. Hidup Anti Galau: Menata Karir dan Masa Depan di Umur 20-an

Kesombongan dan ketidakmampuan menghadapi kesulitan adalah persoalan besar anak muda zaman sekarang, apalagi yang berstatus mahasiswa dengan beberapa prestasi dan berasal dari kalangan menengah ke atas, sehingga menjalani hidup tanpa beban seakan mudah bagi kalangan tertentu. Padahal kalau kita terlena dengan semua itu, bisa saja perihal tersebut menjadi awal kehancuran karena mindset ‘’hidup enak’’ sulit dirubah. Bagi kamu yang sedang mengalami persoalan demikian, buku ini bisa menjadi vitamin anti galau untuk mengantisipasi masa depanmu. Secara gamblang, Juhyung Kim menjelaskan bagaimana masa muda menentukan arah hidup selamanya. 


4. Filosofi Teras

Menceritakan survei kekhawatiran nasional dan sekilas tentang kehidupan penulis menjadi kisah pembuka dalam buku ini. Filosofi Teras adalah buku self improvement dengan sentuhan filsafat. Penulis menyajikannya dengan analogi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Fokus pembahasannya adalah bagaimana menjalani hidup dalam ketenangan dan terbebas dari emosi negatif. Penggunaan gaya bahasa yang sesuai dengan pemahaman generasi milenial dan generasi z menjadi hal menarik lainnya dalam buku ini. 


5. Going Offline

Sadar atau tidak, 24 jam dalam sehari selalu ada waktu buat dunia online. Pernahkah kamu menghitung berapa jam yang kamu habiskan untuk main sosmed setiap harinya? Padahal kalau di Ingat-ingat, aktivitas tersebut nggak penting-penting amat. Inilah buku yang akan menyadarkanmu tentang prioritas penting sehari-hari. Buku karya Desi Anwar tersebut garis besarnya berisi ajakan agar tidak terdistraksi oleh banyak hal, oleh omongan orang, oleh kebiasaan buruk, tayangan-tayangan yang buruk, maupun aktivitas lain yang tidak berguna. Misalnya, kecanduan ber-sosmed yang membuat kita lupa diri dengan lingkungan sekitar.


6. The Last Lecture

Buku yang masuk dalam kategori best seller versi New York Times ini adalah karya Randy Pausch seorang Profesor ilmu komputer di Universitas Carnegie Mellon, Pennsylvania. The Last Lecture berisi pelajaran hidup dan pesan inspiratif dari Randy Pausch. Motivasinya menulis buku ini adalah untuk memberikan peninggalan berharga bagi tiga anaknya yang masih kecil-kecil sebelum ia tutup usia karena mengidap Kanker Pankreas. Berdasarkan profesinya, maka ia memutuskan untuk meninggalkan sesuatu yang berkaitan dengan keahliannya yaitu ‘’pengajaran’’ atau ’’kuliah’’ yang diracik dalam bentuk buku. Randy Pausch meninggal pada tahun 2008 di usia 47 tahun.


Tentu masih banyak buku lain yang tidak kalah bagus, tapi setidaknya buku-buku diatas cukup ampuh untuk menghilangkan jenuh karena bosan dengan aktivitas yang monoton. Semoga kamu juga bisa mendapat energi positif dari bacaan-bacaan tersebut. Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat ya 🙂