Transformasi Pembayaran Untuk Ekonomi ASEAN Yang Integratif
Kita dihadapkan pada zaman yang menawarkan banyak kemudahan, era baru yang mentransformasi banyak aktivitas jadi serba cepat.....
Sebuah era baru tatkala semua manusia telah terhubung dan character mengalahkan collateral, ketika batas-batas negara memudarkan keterbatasan pasokan uang, modal, dan kolaborasi.
- Prof. Rhenald Kasali

Itulah pandangan Prof. Rhenald Kasali terhadap perubahan yang terjadi, khususnya di sektor ekonomi. Kita dihadapkan pada zaman yang menawarkan banyak kemudahan, era baru yang mentransformasi banyak aktivitas jadi serba cepat dan praktis. menggantikan kebiasaan lama yang konvensional dengan gaya baru yang modern, menggambarkan realitas yang menarik dan terkesan simpel, bahkan mengubah produk menjadi platform, kita tengah memasuki dunia dengan identitas digitalisasi. 


Apa yang dikatakan oleh Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Rhenald Kasali diatas benar-benar terjadi saat ini. Kita dihadapkan dengan perubahan yang mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Hal-hal yang dulu kita anggap tidak mungkin tengah menjadi kebiasaan baru bagi kita, dan itu merambah ke segala lini kehidupan. 


Di bidang ekonomi misalnya, kita menyaksikan bagaimana transaksi jual-beli semakin mudah dengan adanya sistem pembayaran digital, atau masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan online. Uang yang dulu kita kenal hanya berbentuk logam dan kertas, kini bisa berwujud virtual. Kita dapat melakukan pembayaran hanya dengan ketukan jari, membuka dompet digital atau rekening elektronik lalu mentransfer via mobile. “Transaksi Berhasil” begitulah notifikasinya. 


Dengan demikian pembayaran jadi serba simpel, mudah, dan tentunya efektif. Masyarakat pun jadi semakin terbiasa melakukan berbagai aktivitas keuangannya dalam bingkai digital. 


Penguatan Konektivitas 

Kondisi demikian merupakan sebuah gelombang disrupsi yang mau tidak mau harus diterima dengan keterbukaan. Transformasi sistem pembayaran menjadi keniscayaan tak terelakkan untuk beradaptasi dengan perkembangan ekonomi. 


Di ASEAN misalnya, pemerintah dan Bank Indonesia beserta bank sentral negara anggota ASEAN berusaha mewujudkan ekonomi ASEAN yang inklusif, salah satunya integrasi melalui konektivitas sistem pembayaran antar negara yang didesain dengan konsep Regional Payment Connectivity (RPC). Sejumlah langkah strategis pun menjadi prioritas untuk menopang terealisasinya peningkatan kerjasama antar negara kawasan ASEAN. 


Lalu, bagaimanakah implementasi konektivitas sistem pembayaran itu?


Bayangkan ketika kita berada di luar negeri, katakanlah Singapura. Jalan-jalan di Universal Studios menikmati panorama disana, kemudian wisata kuliner di Malaysian Food Street yang jaraknya tidak jauh dari area tersebut, namun tiba-tiba teringat telah kehabisan dollar dan belum sempat ke money changers. Tentu situasi seperti ini mengundang kekhawatiran dalam diri. Meskipun sudah serba canggih, kejadian seperti itu terkadang masih relevan di zaman sekarang. 


Akan tetapi ilustrasi diatas kini dapat diatasi dengan mudah karena adanya interkoneksi pembayaran digital lintas negara. Pelayanan keuangan yang dulu masih berjarak dengan kita, sekarang selalu berada dalam gengaman. Kita tidak perlu lagi meluangkan waktu untuk menukar uang ke money changers karena dapat diantisipasi dengan dompet digital yang dilengakapi dengan QR Code


Landscape keuangan itulah yang ditangkap oleh Bank Indonesia untuk meningkatkan konektivitas pembayaran antar negara dengan berkolaborasi dalam ekonomi digital yang saling terhubung. 


Sebagai langkah kolektifnya, tahun 2022 lalu Bank Indonesia mulai melancarkan aksinya dengan menandatangani nota kesepahaman cross border payment connectivity bersama bank sentral empat negara ASEAN lainnya yakni Thailand, Malaysia, Singapore, dan Filipina. Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang menjadi identitas Indonesia kini dapat digunakan dengan legal sebagai sistem pembayaran oleh turis dari negara-negara tersebut. Begitu pula sebaliknya.


Penguatan konektivitas sistem pembayaran ini diharapkan mampu meningkatkan inklusi keuangan di kawasan ASEAN, khususnya membantu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam melaksanakan proses transaksi jual-beli. Dengan demikian transaksi dapat menjadi lebih mudah dengan adanya QR code.  “QRISnya satu menangnya banyak!”


Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat ya 🙂